LAPORAN HASIL OBSERVASI
Analisis Teori dan Praktis
tentang Program Bimbingan dan Konseling
di SDN Kebonbuah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Encep Sudirjo, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling
Oleh,
Firmansyah
1003939
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
KAMPUS SUMEDANG
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KABUPATEN SUMEDANG
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Khadirat Illahi Robbi yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Observasi dengan judul “Analisis Teori dan Praktis tentang Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar.”
Laporan Observasi ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak Encep Sudirjo, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling. Laporan Obsevasi ini membahas masalah – masalah Belajar di SD, faktor penyebab masalah belajar tersebut dan upaya guru dalam mengatasi masalah belajar siswa SD.
Program Bimbingan dan Konseling merupakan suatu perangkat penting dalam dunia pendidikan. Dalam teori banyak sekali jenis-jenis Bimbingan dan Konseling yang terprogram. Namun apakah kenyataannya dilapangan akan sama dengan di dalam teori? Penulis akan memaparkan mengenai hasil observasi yang telah dilakukannya.
Dalam penulisan Laporan Obsevasi ini penulis mengalami banyak hambatan. Namun berkat dukungan dari berbagai pihak, akhirnya Laporan Obsevasi ini dapat terselesaikan. Untuk itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung.
Laporan Observasi ini mungkin saja masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Laporan Observasi yang saya susun ini di masa yang akan datang. Semoga Laporan Observasi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Sumedang, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................3
D. Metode Penelitian................................................................................................................3
E. Sistematika Penulisan...........................................................................................................4
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Bimbingan..........................................................................................................5
B. Pengertian Konseling..........................................................................................................6
C. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar .............................................................7
D. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar...............................................................8
E. Masalah Belajar siswa dan Penyebnya….............................................................................9
BAB III LAPORAN HASIL OBSERVASI
A. Program Bimbingan dan Konseling di SDN Kebonbuah.......................................................13
B. Masalah-masalah Belajar siswa di SDN Kebonbuah............................................................19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………................................……..…....23
B. Saran…...…………………………………………………...............................………….23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan konseling adalah suatu upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mempunyai masalah secara berkelanjutan supaya individu tersebut dapat mengatasi masalahnya sendiri sehingga ada perubahan tingkah laku pada individu tersebut.
Teori piaget mengklasifikasikan bahwa anak usia 7-11 tahun masuk kedalam kelompok operasional kongkrit artinya cara berpikir anak sudah mampu berpikir secara logis. Anak mulai berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah yang konkrit.
Seperti yang telah diketahui bahwa setiap siswa memiliki karakteristik pribadi atau perilaku yang berbeda dengan siswa lainnya. Dengan adanya perbedaan ini maka masalah yang dimiliki setiap siswa pun berbeda juga. Ada yang hanya memiiki masalah kesulitan belajar atau hanya masalah dalam berperilaku saja. Ada yang memiliki kedua masalah tersebut. Dan ada juga yang memiliki masalah yang lain. Masalah-masalah tersebut dapat berasal dari keluarga, lingkungan maupun dari diri sendiri. Keragaman perilaku ini mengandung implikasi akan perlunya data dan pemahaman yang memadai terhadap setiap siswa.
Salah satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan bimbingan adalah memahami siswa secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar belakang pribadinya. Dalam hai ini, guru dituntut untuk mengetahui asal usul dan kepribadian setiap siswa agar guru dapat memperoleh cara untuk menghadapi siswa yang bermasalah. Maka dari itu perlu adanya pengumpulan data terhadap siswa. Dengan data yang lengkap, guru akan dapat memberikan layanan bimbingan kepada siswa secara tepat atau terarah. Oleh karena itu, saya sebagai mahasiswa PGSD yang nantinya akan menjadi guru sekolah dasar melakukan observasi ini untuk mengetahui bimbingan untuk menghadapi siswa yang bermasalah tersebut. Selain itu juga, observasi ini saya lakukan sebagai penyelesaian tugas dari Encep Sudirjo, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling.
B. Rumusan Masalah
Dalam laporan yang saya susun ini, ada beberapa rumusan masalah, diantaranya :
1. Bagaimana Program Bimbingan dan Konseling di SD yang ada di lapangan?
2. Apa saja masalah belajar yang ada siswa SD kelas satu sampai enam?
3. Apa faktor penyebab siswa mengalami masalah belajar?
4. Bagaimana usaha guru dalam mengatasi masalah belajar siswa?
C. Tujuan Penulisan
1. Supaya mahasiswa mengetahui Program bimbingan konseling yang ada di lapangan.
2. Supaya mahasiswa mengetahui masalah belajar anak usia SD.
3. Supaya mahasiswa mengetahui faktor penyebab siswa SD mengalami masalah belajar.
4. Supaya mahasiswa mengetahui usaha guru dalam mengatasi masalah belajar siswa SD.
D. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan informasi dalam penyusunan hasil observasi ini, saya menggunakan beberapa metode, yaitu :
1. Wawancara kepada kepala sekolah SD Negeri Kebonbuah
2. Wawancara kepada wali kelas
3. Angket Siswa
4. Buku-buku bimbingan dan konseling yang digumakan untuk landasan teori.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan
BAB II KAJIAN TEORITIS menjelaskan tentang pengertian bimbingan, pengertian konseling, tujuan Bimbingan dan konseling di sekolah dasar, Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar, Masalah Belajar siswa dan faktor penyebabnya.
BAB III LAPORAN HASIL OBSERVASI menjelaskan tentang Program Bimbingan dan Konseling di SDN Kebonbuah, dan masalah-masalah belajar siswa di SDN Kebonbuah.
BAB IV PENUTUP menjelaskan tentang Kesimpulan dan Saran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Bimbingan
1. Crow & Crow, 1960:14 ( dalam Erman Amti, 1991 )
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan – kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.”
2. Mortensen & Schmuller, 1964z:3 ( dalam dalam Erman Amti, 1991 )
“Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan progrsm pendidikan yang membantu menyediakan kesempaatan – kesempatan pribadi dan layanan – layanan petugas ahli dengan mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan – kemampuan dan kecakapan – kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan.”
3. Peraturan pemerintah No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 25
ayat 1 ( dalam Agus Mulyadi, 2003 )
“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.”
Jadi, menurut saya bimbingan adalah proses peberian bantuan yang dilakukan oleh orang ahli kepada individu agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri.
B. Pengertian Konseling
1. Mcdaniel, 1956
Konseling adalah suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya.
2. Bernard&Fullmer, 1969
Konseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapkan kebutuhan – kebutuhan, motivasi, dan potensi – potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasikan ketiga hal tersebut.
3. Glen e. Smith, ( dalam Shertzer & Stone, 1974 )
Konseling adalah suatu proses dimanakonselor membantu konseli membuat interpretasi –interpretasi tentang fakta – fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian – penyesuaian yang perlu dibuatnya.
Jadi, menurut saya konseling adalah proses proses pemberian bantuan yang dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka antara seorang ahli dan seorang individu yang sedang mengalami suatu masalah.
C. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Pada jenjang pendidikan dasar, layanan bimbingan di sekolah dasar bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas – tugas perkambangan yang meliputi aspek pribadi sosial, pendidikan dan karier sesuai dengan tuntutan lingkungan ( Depdikbud, 1994b dalam Setiawati 2007 ).
Dalam aspek perkembangan pribadi social layanan bimbingan membantu siswa agar dapat :
1. Memiliki pemahaman diri;
2. Mengembangkan sikap positif;
3. Membuat pilihan kegiatan secara sehat;
4. Mampu menghargai orang lain;
5. Memiliki rasa tanggung jawab;
6. Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi;
7. Menyelesaikan masalah;
8. Membuat keputusan secara baik.
Dalam aspek perkembangan pendidikan, layanan bimbingan membantu murid agar dapat :
1. Melaksanakan cara – cara belajar yang benar;
2. Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan;
3. Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai bakat dan kemampuannya;
4. Memiliki keterampilan untuk menghadapi ujian.
Dalam aspek perkembangan karier, layanan bimbingan membantu murid agar dapat :
1. Mengenali macam – macam dan cirri – cirri dari berbagai jenis pekerjaan;
2. Menentukan cita – cita dan merencanakan masa depan;
3. Mengeksplorasi arah pekerjaan;
4. Menyesuaikan keterampilan, kemampuan, dan minat dengan jenis pekerjaan.
D. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Fungsi bimbingan dan Konseling di sekolah dasar tidak hanya menyangkut penghayatan yang lebih luas. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang luas, yakni menyediakan kesempatan – kesempatan bagi anak didik untuk dapat berkembang secara efektif. Oleh sebab itu program bimbingan harus dirancang untuk :
1. Mencegah terjadinya masalah pada diri siswa;
2. Memberikan bantuan yang mengalami kesulitan dalam belajar;
3. Mengenali siwa – siswa yang mengalami kesulitan yang mendalam agar diadakan usaha – usaha penyembuhan secara lebih tepat;
4. Bertindak sebagai alat untuk memudahkan komunikasi antara rumah tangga dan sekolah;
5. Menyediakan informasi tentang perkembangan siswa, sekolah, proses belajar dan kurikulum bagi para orang tua siswa;
6. Memperkenalkan siswa tentang sekolah dan menyiapkan mereka untuk memasuki sekolah yang lebih tinggi;
7. Memperkenalkan guru – guru tentang program testing yang dapat melengkapi informasi tentang anak untuk digunakan secara bersama – sama dengan informasi – informasi lainnya yang diperoleh guru didalam kelas;
8. Menyediakan kesempatan bagi individu siswa yang membutuhkan bantuan untuk mengikuti konseling dan mendapatkan informasi pendidikan dan jabatan;
9. Bertindak sebagai perantara untuk layanan – layanan khusus yang tersedia di luar system persekolahan;
10. Memberikan bantuan dalam penempatan siswa dalam kelas – kelas dan sekolah yang sesuai;
11. Bekerja sama dengan lembaga – lembaga lain dalam mengkoordinasi program kesehatan mental siswa
E. Masalah Belajar siswa dan faktor penyebabnya
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan – kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak meguntungkan bagi dirinya. Masalah – masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid – murid yang lambat saja belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid – murid yang pandai atau cerdas ( Erman Amti, 1991).
Pada dasarnya dari setiap jenis masalah, khususnya masalah belajar di SD, cenderung bersumber dari faktor – faktor yang melatarbelakanginya ( penyebabnya ). Seorang guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis asalah apa yang dihadapinya selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab – sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak mudah menentukan sebab – sebab terjadi masalah sesungguhnya, karena masalah belajar cenderung sangat kompleks. Disebut kompleks karena mengandung pengetian, bahwa :
Pertama, masalah belajar yang sama dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan. Suatu masalah belajar yang sama dialami oleh dua orang murid atau lebih, belum tentu disebabkan oleh faktor yang sama.
Kedua, dari sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan. Seringkali suatu kondisi yang sama dimiliki oleh beberapa orang murid, namun menimbulkan masalah – masalah yang berlainan pada masing- masing individu.
Ketiga, sebab – sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Kadang – kadang masalah belajar. Yang dihadapi oleh seorang murid tidak timbul dari suatu sebab saja, melainkan dapat timbul dari berbagai sebab yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain.
Pada garis besarnya sebab – sebab timbulnya masalah belajar pada murid dikelompokan ke dalam dua kategori, yaitu :
1. faktor – faktor internal ( faktor – faktor yang berada pada diri itu sendiri), antara lain :
a) Gangguan secara fisik;
b) Kelemahan – kelemahan secara mental ( baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman );
c) Kelemahan emosional;
d) Kelemahan – kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap – sikap yang salah;
e) tidak memiliki keterampilan – keterampilan dan pengetahuan dasar yang tidak diperlukan.
2. Faktor – faktor eksternal/faktor – faktor yang timbul dari luar diri individu ( situasi sekolah dan masyarakat ), antara lain :
a) kurikulum yang seragam ( uniform ), bahan dan buku – buku ( sumber ) yang tidak sesuai dengan tingkat – tingkat kematangan dan perbedaan – perbedaan individu.
b) Ketidaksesuaian standar administrasif ( sistem pengajaran, penilaian, pengelolaan kegiatan, dan pengalaman belajar mengajar, dan sebagainya ).
c) Terlalu berat beban belajar siswa dan atau mengajar guru.
d) terlalu besar proposri siswa dalam kelas, terlalu banyak menuntut kegiatan di luar, dan sebagainya.
e) Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan sebagainya.
f) Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat – tingkat pendidikan ( dasar / asal ) sebelumnya.
g) Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga ( pandidikan status social ekonomi, keutuhan keluarga, besarnya anggota keluarga, tradisi dan kultur keluarga, ketentraman dan keamanan, social sikologis, dan sebagainya.
h) Terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.
i) Kekurangan gizi.
BAB III
LAPORAN HASIL OBSERVASI
A. Program Bimbingan dan Konseling di SDN Kebonbuah
Setelah saya melakukan observasi pada hari jum’at, 18 November 2011 di SDN Kebonbuah mengenai Program Bimbingan dan Konseling yang ada di sekolah tersebut dengan cara mewawancarai Kepala Sekolah dan Guru wali kelas ternyata di sekolah ini tidak mempunyai Program Bimbingan dan Konseling namun pelaksanaan Bimbingan dan Konseling tetap dilaksanakan sebagai layanan terhadap kebutuhan setiap individu yang berada di sekolah ini. Kepala sekolah SDN Kebonbuah yaitu Sahwa Ady Hidayat, S.Pd. mengatakan bahwa program bimbingan dan Konseling di SDN Kebonbuah belum ada tetapi struktur pelaksanaan Bimbingan dan Konseling sudah ada, yaitu digambarkan pada diagram berikut ini:
Guru kelas 1 | Guru kelas 2 | Guru kelas 3 | Guru kelas 4 | Guru kelas 5 | Guru kelas 6 |
Melalui diagram tersebut beliau menjelaskan bahwa di sekolah yang beliau pimpin Pelaksanaan Bimbngan dan Konseling di kategorikan ke dalam dua Bimbingan dan Konseling, yaitu :
1. Bimbingan dan Konseling guru
Dalam dunia pendidikan ada beberapa komponen. Di sekolah dasar ada beberapa komponen diataranya yaitu Kepala sekolah, guru, siswa, dan komite sekolah. Oleh karena itu pendidikan di suatu sekolah dasar akan berjalan apabila komponen-komponen yang ada di sekolah tersebut dapat saling berinteraksi. Ketika kita berbicara masalah Bimbingan dan Konseling maka kita akan mengacu kepada permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh siswa saja. Tetapi setelah saya berbincang-bincang dengan Kepala sekolah SDN Kebonbuah ternyata layanan Bimbingan dan Konseling juga diperlukan oleh guru. Karena guru juga tidak akan terlepas dari masalah-masalah yang ada di kehidupannya yang berdampak kepada pelaksanaan pembelajaran. Guru di SDN Kebonbuah melaksanakan Bimbingan dan Konseling setiap hari sabtu di akhir bulan. Bimbingan dan Konseling ini diberikan oleh Kepala Sekolah sebagai pimpinan yang ada di sekolah. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling terhadap guru yang dilakukan oleh kepala sekolah adalah agar guru dapat melaksanakan pembelajaran secara disiplin dan dapat menyesuaikan diri ketika guru tersebut mempunyai masalah sedikitnya tidak akan berpengaruh terhadap pembelajaran yang dilakukan.
2. Bimbingan dan Konseling Siswa
Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa dilakukan oleh guru wali kelas masing-masing. Dalam Bimbingan dan Konseling ini Kepala Sekolah tidak turun langsung memberikan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa dikarenakan yang sering bertatap muka langsung dan setiap hari bertemu dengan siswa adalah guru wali kelasnya masing-masing. Pelaksanannya wali kelas juga setiap hari memberikan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa yang mempunyai masalah dan yang mempunyai kecerdasan lebih. Apabila guru wali kelas tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa maka akan dilakukan alih tangan kasus kepada Kepala Sekolah untuk menemukan solusi yang bijak terhadap permasalahan tersebut.
Dengan tidak adanya program yang terstruktur, beliau mengatakan Bimbingan dan Konseling yang ada di sekolahnya masih belum bisa terlaksana secara maksimal karena pada pelaksanaannya Bimbingan dan Konseling terlaksana apabila ditemukan masalah saja ( fungsi kuratif/ pendekatan kritis ) sehingga dampak positif yang terjadi kurang begitu dirasakan oleh semua pihak. Akan tetapi beliau juga berusaha untuk melaksanakan Bimbingan dan Konseling melalui kegiatan ekstrakurikuler sebagai sarana penyalur bakat dan minat siswa maupun guru yang ada di sekolahnya. Kegiatan ekstrakurikuler yang utama di SDN Kebonbuah yaitu Pramuka, paskibra (flag raiser kids), PASUS, dokcil, kesenian daerah, rohis, sepak bola, dan bola voli. Melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa dan guru sedikitnya mampu meberikan dampak yang positif bagi semua pihak dan juga menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Namun kegiatan ektrakurikuler ini juga mempunyai hambatan karena guru belum bias secara penuh memahami teknik-teknik yang ada di kegiatan ekstrakurikuler sehingga sekolah mendatangkan pelatih khusus untuk mengembangkan kreativitas siswa. Sehingga hambatan tersebut dapat teratasi dan tidak menghambat pengembangan bakat dan minat siswa.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah ini juga dilakuka dari mulai anak masuk ke sekolah yaitu dengan pengumpulan data berupa biodata diri siswa dan hal-hal lain yang menyangkut data pribadi siswa tersebut.
Dalam kaitannya juga dengan waktu untuk melaksanakan kegiatan Bimbingan dan Konseling, sekolah mengacu pada SK Mendikbud No. 025/O/1995 mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan di dalam atau di luar jam pelajaran sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling di luar jam sekolah sebanyak-banyaknya 50% dari keseluruha kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa di sekolah ini, atas persetujuan kepala sekolah.
SK Menpan No. 84/1993 pasal 4 ( dalam nurihsan, 2005:43) ditegaskan bahwa ugas pokok guru pembimbing adalah “Menyusun program bimbingan, melaksanakan bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peerta didik yang menjadi tanggung jawabnya”. Namun yang menjadi kelemahan di lapangan yaitu guru sulit membuat program karena tidak adanya acuan yang berlaku untuk pelaksanaan. Sehingga Pihak sekolah mengharapkan sekali adanya acuan program Bimbingan dan Konseling dari Dinas Pendidikan supaya dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling bisa terlaksana dengan baik karena tanpa program yang merupakan rencana untuk pelaksanaan maka pelaksanaanya tidak akan berjalan secara efektif.
Selain itu juga sarana yang diperlukan untuk penujang pelayanan bimbingan dan konseling harus memadai, diantaranya :
1. Alat pengumpul data, baik tes maupun non-tes
Alat pengumpul data berupa tes yaitu : tes intelegensi, tes bakat khusus, tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar.
Alat pengumpul data berupa non-tes yaitu : pdoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, alat-alat mekanis, pedoman wawancara, angket, biografi dan autobiografi, dan sosiometri.
2. Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data.
Alat penyimpanan data itu dapat berbentuk kartu, buku pribadi dan map. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga mudah mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk menyimpan berbagai keterangan, informasi atau pun data untuk masing-masing siswa, maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data siswa yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat yang dapat menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi.
3. Kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket bimbingan, alatbantu bimbingan.
4. Perlengkapan administrasi, seperti alat tulis menulis, format rencana satuan layanan dan kegiatan pendukung serta blanko laporan kegiatan, blangko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blangko konferesi kasus, dan agenda surat.
Yang tidak kalah penting juga mengenai ruangan khusus untuk pelaksanaan bimbingan dan konseling karena bimbingan yang efektif itu terjadi apabila dilaksanakan person to person.
B. Masalah-masalah belajar Siswa di SDN kebonbuah
Untuk mengetahui Masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswa di SDN Kebonbuah saya melakukan wawancara terhadap guru wali kelas dari kelas 1 sampai kelas enam dan juga melakukan angket terhadap siswa kelas lima ( atas saran kepala sekolah dikarenakan kelas lima adalah masa-masa peralihan awal anak-anak ke remaja ).
Pertama, masalah belajar di kelas satu, saya melakukan observasi dengan melihat langsung pembelajaran yang dilakukan oleh wali kelas kelas satu kemudian setelah saya memperhatikan ternyata masalah belajar anak kelas satu ini sangatlah simple tetapi sulit sekali untuk mengatasinya, masalahnya yaitu setiap anak tidak focus terhadap pembelajaran dan ada beberapa anak yang sangat hiperaktif seperti menggangu temannya yang sedang belajar. Usaha yang dilakukan oleh guru sebagai konselor yaitu dengan memusatkan perhatian anak pada pembelajaran seperti menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, sedikitnya anak-aak dapat larut pada kegiatan pembelajaran tersebut. Selain itu guru juga melakukan pendekatan batin dengan melakukan kunjungan rumah supaya guru mengetahui penyebab dari masalah-masalah belajar anak setiap individu. Guru kelas satu juga selain memberikan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang mempunyai masalah, beliau pun memberikan bimbingan dan konseling terhadap siswa-siswa yang mempunyai kecerdasan lebih dengan megadakan pengayaan khusus setiap akhir pembelajaran agar potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut dapat berkembang seperti kemampuan dalam kesenian dan potensi akademik.
Kedua, masalah-masalah belajar di kelas dua yaitu ada siswa yang malas belajar dan anak tersebut anak yang nakal dalam bersikap. Setelah ditelusuri oleh wali kelas kelas dua ternyata anak tersebut mempunyai masalah keluarga, masalahnya kedua orang tuanya berpisah sehingga anak kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Usaha yang dilakukan oleh guru yaitu dengan memberikan bimbingan khusus.
Ketiga, masalah-masalah belajar di kelas tiga yaitu ada satu anak yang lambat belajarnya dikarenakan kecerdasannya kurang dalam artian siswa tersebut ketika guru menjelaska, siswa tersebut memperhatikan namun kurang bias menyerap/menyimpan data ke otak sehingga output yang dihasilkan sedikit. Usaha yang dilakukan oleh guru yaitu melakukan pendekatan dalam belajar dan membeikan soal-soal latihan yang berbeda pada siswa tersebut. Kemudian guru juga melakuka knjungan rumah, ternyata siswa tersebut di ruah kurang mendapatkan bantuan belajar dari orang tuanya, karena orang tuanya terlalu sibbuk dengan pekerjaannya sebagai petani. Namun setelah guru wali kelas tiga memberikan penjelasan mengenai pentingnya belajar, orang tuanya dapat memberikan wejangan kepada anaknya. Setelah usaha tersebut dilakukan ada perubahan pada cara belajar siswa tersebut bias aktif dalam bertanya dan dapat mengerjakan soal-soal latihan meskipun soal-soal tersebut masih berbeda dengan porsi yag diberikan pada siswa yang lain.
Keempat, masalh-masalah belajar di kelas empat yaitu ada beberapa anak yang malas mengerjakan PR dan tugas. Usaha yang dilakukan oleh guru wali kelas yaitu dengan mengingatkan anak dengan menegur dan memberikan sangksi dengan memberikan tugas kembali. Usaha ini dilakukan cukup berhasil. Namun ketika saya melakukan observasi, masalah umum yang ada di kelas empat yaitu anak-anaknya hiperaktif dan psiomotornya/geraknya sangat tinggi. Sehingga saya berpikir bimbingan dan konseling yang cocok diterapkan pada siswa kelas empat yaitu dengan cara pembelajaran kelompok dan dalam pembelajarannya dibantu dengan media game.
Kelima, masalah-masalah belajar di kelas lima yaitu ada beberapa siswa yang takut terhadap pelajaran matematika. Usaha yang dilakukan oleh guru wali kelas yaitu dengan sering diberikan penjelasan pentingnya matematika di kehidupan sehari-hari dan saat pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari sehingga anak bias mengkongkritkan pembelajaran matematika yang abstrak. Dan juga guru selalu memakai media dalam penyampaian pembelajaran matematika. Di kelas lima pun saya melakukan angket kepada semua siswa yang berjumlah 23 orang dan ternyata ada 14 orang yang tidak menyukai pelajaran matematika. Mereka beralasan bahwa pelajaran matematika sulit di pahami
Keenam, masalah-masalah belajar di kelas enam yaitu ada anak yang suka bolos. Usaha yang dilakukan oleh guru wali kelas yaitu dengan melakukan kunjungan rumah. Ternyata anak tersebut terlalu diporsir untuk membantu ke pekerjaan orang tua dikarenakan faktor ekonomi keluarga dan juga orang tua tersebut kurang memahami arti pendidikan. Setelah guru wali kelas mengetahui faktor penyebab siswa sering bolos seperi itu guru memberikan penjelasan mengenai pentingnya belajar dan guru memberikan beasiswa bantuan dana BOS kepada siswa tersebut untuk meringankan beban orang tuanya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan sekali dalam dunia pendidikan karena sebagai sumber/acuan untuk melakukan kegiatan bimbingan dan konseling yang tertata dan tidak dilakukan seingat guru yang melaksanakannya. Program Bimbingan dan Konseling dibuat agar dapat mencegah masalah-masalah yang akan terjadi kepada siswa dan supaya siswa di berikan Bimbingan dan Konseling sesuai dengan perkembangan usianya. Pada jenjang pendidikan dasar, layanan bimbingan di sekolah dasar bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas – tugas perkembangan yang meliputi aspek pribadi sosial, pendidikan dan karier sesuai dengan tuntutan lingkungan. Sehingga Bimbingan dan Konseling ini dapat diterima secara efektif oleh siswa.
Masalah belajar timbul karena ada sesuatu hal yang melatarbelakanginya dan banyak sekali faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah-masalah belajar pada anak. Untuk mengatasi masalah-masalh yang ada, diperlukan program Bimbingan dan Konseling.
B. Saran
Program Bimbingan konseling sangat penting sekali. Untuk itu pihak-pihak yang terkait didalam dunia pendidikan harus saling mendukung terhadap adanya program ini. Di sini, menurt saya dinas pendidikan alangkah baiknya memberikan acuan program bimbingan konseling kepada setiap sekolah sebagai sumber untuk menjalakan Bimbingan dan Konseling di sekolahnya masin-masing. Memang seharusnya guru lah yang membuat program Bimbingan dan Konseling tetapi nyatanya di lapangan guru sering mengabaikan tentang program bimbingan dan Konseling ini. Ketika siswa mendapatkan masalah baru Bimbingan dan Konseling berjalan, padahal Bimbingan dan Konseling ini di peruntukan bukan hanya pada siswa yang mempunyai masalah, tetapi juga murid yang mempunyai kecerdasan atau bahkan yang mempunyai bakat dan potensi yang menonjol.
DAFTAR PUSTAKA
Amti, Erman dan Marjohan. 1991. Bimbingan dan Konseling. Jakarta :
Depdikbud
Chudari, I.N. dan Setiawati. 2007. Bimbingan dan Konseling. Bandung : UPI PRESS
Kartadinata, Sunaryo. Dkk. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : Depdikbud
Mulyadi, Agus. 2003. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Depdiknas
Nurihsan, A.J. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Rafika Aditama